semua hanyalah timbunan kata-kata, yang alih-alih memperkaya pemahaman, malah menjebak makna dalam aksara

Monday, December 19, 2005

ROMANSA

HUJAN MASIH TERUS MENETES
; sebuah sajak untuk f


hujan masih terus menetes
aku terjebak pada penantian yang rasanya siasia
tampaknya kau tidak bakal datang
dan memang kita tidak membuat janji
aku hanya berharap pada kuatnya rasa rindu
bahwa kau rindu dan akupun begitu

hujan masih terus menetes
rerintik air perlahan membasuh ujung sepatuku
aku memilih berteduh di gazebo taman kampus
meja kursi dan rak buku perpustakaan sudah dari tadi mengusirku
kuharap kau lewat dengan payung kembang-kembangmu
"boleh aku numpang ke terminal!?" kalimat itu sudah kukemas sejak tadi
mengambang di tenggorokan, lalu mengendap di rongga mulut

hujan masih terus menetes
bahwa kau tak datang, itu bukan salahmu
kita memang tak punya janji untuk bertemu
dan hujan masih terus menetes, seperti mengejekku

tamalanrea, 19 desember 2005

Tuesday, December 13, 2005

ROMANSA

RINDU YANG RAPUH


rindu
kau gumpal rasa yang rapuh

atau tutur kata itu
begitu dalam
menghunjam
ke dasar kalbu

rindu
kau gumpal rasa yang rapuh

atau sorot mata itu
begitu tajam
menikam
ke lubuk hati

rindu
kau gumpal rasa yang rapuh

dibatasi oleh tutur kata
diatasi oleh sorot mata

bone, 13 desember 2005

Monday, December 12, 2005

ROMANSA

TAK SEPERTI YANG LAIN
; sebuah sajak untuk u


katahu, kau
tak pintar merangkai kata seperti yang lain

kutahu, kau
tak rancak menggubah nada seperti yang lain

kutahu, kau
tak cerdik menggubah rasa seperti yang lain

kutahu,
kau pandai menyimpan rasa
tak seperti yang lain

bone, 12 desember 2005

Monday, December 05, 2005

JEJAK LANGKAH

ESOK, ENTAH.....


sampai kemarin,
kita masih saling menyapa

sempat kulihat
senyummu tersipu
saat coba kau titip rasa
pada sepenggal rangkaian kata

sampai kemarin
kita masih saling menyapa

dapat kutangkap
matamu berbinar
mengirim isyarat
lewat harap yang cemas

sampai kemarin
kita masih saling menyapa

tapi esok
akankah kau tetap menoleh
bila namamu kulafadzkan
saat kau tahu
nada suaraku begitu hambar ditelingamu

palu, 5 desember 2005